Dalam dunia kesehatan, setiap tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari kesehatan Jiwa Sedunia (World Mental Health Day), diadakan pertama kali pada tahun 1992 kemudian diperingati setiap tahun sampai sekarang.
Dalam masyarakat lokal Indonesia, penyakit gangguan jiwa biasa disebut dengan istilah gila atau gendheng (dalam Bahasa Jawa), linglung, hilang akal, kesurupan, dan kondisi sejenisnya. Karenanya penyebutan kata Orang gila adalah orang yang dianggap telah menderita sakit jiwa.
Kebalikan dari sakit jiwa adalah kesehatan jiwa yaitu kondisi di mana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. (UU No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa)
Beberapa ahli mendefinisikan penyakit gangguan jiwa dengan keterangan seperti disebutkan di bawah ini:
Orang yang sedang menderita gangguan jiwa secara umum diawali dengan munculnya gejala mental yang lemah dan tidak mampu menghadapi kesukaran-kesukaran hidup dengan wajar atau tidak sanggup ia menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya.
Pada tingkatan ganguan jiwa yang tidak terkendali akan menyebabkan menjadi sakit jiwa. Penyebab utamanya adalah tidak beriman kepada Allah, munculnya sifat dan sikap putus asa, hingga kekafiran (kufur nikmat).
Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. (QS: al-Taubah:125)
Para ahli berpendapat bahwa antara penyakit jiwa dan gangguan jiwa, keduanya tidak berbeda dalam macamnya, namun hanya berbeda dalam tingkat saja, yang berarti bahwa gangguan adalah keadaan yang lebih ringan daripada sakit jiwa.
Gejala Gangguan Jiwa
Seseorang yang mengalami gangguan jiwa dapat melakukan beberapa hal berikut ini:
Dalam masyarakat lokal Indonesia, penyakit gangguan jiwa biasa disebut dengan istilah gila atau gendheng (dalam Bahasa Jawa), linglung, hilang akal, kesurupan, dan kondisi sejenisnya. Karenanya penyebutan kata Orang gila adalah orang yang dianggap telah menderita sakit jiwa.
Kebalikan dari sakit jiwa adalah kesehatan jiwa yaitu kondisi di mana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. (UU No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa)
Beberapa ahli mendefinisikan penyakit gangguan jiwa dengan keterangan seperti disebutkan di bawah ini:
- Gangguan jiwa adalah kesulitan yang dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap diri sendiri
- Penyakit jiwa (psikosis) adalah penyakit yang menyebabkan kepribadian seseorang terganggu dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar dan tidak sanggup memahami problemnya.\
- Gangguan jiwa (neurosis) adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun mental.
- Segala sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran dan mengantar kepada terganggunya fisik, mental, bahkan kepada tidak sempurnanya amal seseorang.
Orang yang sedang menderita gangguan jiwa secara umum diawali dengan munculnya gejala mental yang lemah dan tidak mampu menghadapi kesukaran-kesukaran hidup dengan wajar atau tidak sanggup ia menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya.
Pada tingkatan ganguan jiwa yang tidak terkendali akan menyebabkan menjadi sakit jiwa. Penyebab utamanya adalah tidak beriman kepada Allah, munculnya sifat dan sikap putus asa, hingga kekafiran (kufur nikmat).
Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. (QS: al-Taubah:125)
Gejala Gangguan Jiwa
Seseorang yang mengalami gangguan jiwa dapat melakukan beberapa hal berikut ini:
- Ingin Bunuh diri (suicidal ideation)
- Menyendiri (menjauhi orang lain)
- Mengamuk, Marah, dan Mengganggu orang lain
- Pendiam (tidak mau diajak bicara)
- Banyak berkata (bicara tiada henti, terkadang tidak jelas atau tidak nyambung)
- Tidak mau makan
- Selalu minta makan
- Merasa diikuti sesuatu
- Merasa melihat sesuatu
- Takut terhadap hal gaib
- Takut terjadinya hari kiamat
- dll
Perlu Dukungan Sosial
Seperti juga penyakit lainnya, orang yang sedang mengalami gangguan jiwa memerlukan dukungan dari keluarganya dan masyarakat sosial di sekitarnya, agar si penderita bisa mengatasi gangguan jiwa yang dialaminya.
Dukungan yang diperlukan di antaranya:
- Memberikan nasehat yang tepat dan dengan cara yang tepat pula. (Sebaiknya dilakukan oleh ahlinya seperti psikolog, dokter kejiwaan, spiritualis, dll). Nasehat yang salah dan cara yang salah akan dapat disalahartikan dan memperburuk kondisi kejiwaan.
- Pengamanan yang diperlukan. Jika mengamuk atau mengganggu orang lain, maka sebaiknya segera diamankan ke Rumah Sakit Jiwa.